Hieronimus Emilianus dikenal sebagai seorang panglima perang di kota Kastelnuvo. Ketika Kastelnuovo jatuh ketangan musuh, Hieronimus ditangkap dan dienjarakan di dalam sebuah sel bawah tabah yang dingin dan kotor. 

Kondisi tempat itu sangat menyiksa. Namun justru dalam sel itulah Hieronimus menemukan suatu cahaya kehidupan baru yang mendekatkan dia kepada Allah. Kesulitan dan kesengsaraan yang demikian hebat di dalam sel itu membawa dia kepada suatu doa yang tulus kepada Bunda Maria, “Bunda Maria, lindungilah aku anakmu. Aku berjanji akan memperbaiki hidupku dan menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu”. Hieronimus bertobat.

Doa singkat yang tulus ini terkabulkan. Tak lama kemudian ia dapat meloloskan diri dari penjara itu dan melarikan diri. Tatkala kedamaian telah kembali meliputi seluruh kota. Hieronimus diangkat sebagai walikota Kastelnuovo pada tahun 1511. Tujuh tahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam.

Sesuai janjinya kepada Bunda Maria ketika berada di penjara, Hieronimus membaktikan seluruh hidupnya pada kepentingan Gereja dan usaha-usaha kreatif seperti memelihara anak-anak yatim piatu, menampung anak-anak gelandangan dll. Dari Venesia ia pergi ke Padua dan Verona. Selanjutnya ia menjelajahi seluruh Itala Utara untuk mendirikan panti-panti asuhan bagi anak-anak miskin dan terlatar. Anak-anak itu diberi pendidikan yang baik sesuai dengan bakat-bakatnya. Ada yang menempuh pendidikan pada jurusan teknik, dan ada pula yang memasuki sekolah-sekolah umum.

Dalam melaksanakan karyanya yang besar itu, Hieronimus dibantu empat orang pemuda. Bersama mereka, Hieronimus mulai membentuk tarekat yang disebut Tarekat Imam-Imam Regulir dari Somaska. Spiritualitas dan aturan-aturan khuusus diciptakan agar ada suatu cirri yang khas bagi tarekatnya itu. Ia mendirikan kolese-kolese dan sebuah seminari menengah untuk mendidik calon-calon imam. Tuhan senantiasa memberkati karya-karya Hieronimus dengan berkat melimpah. Hieronimus meninggal dunia dengan tenang pada tahun 1537. Pestanya kita peringati setiap tanggal 8 Februari.

*diambil dari Percikan Kasih, Gereja Kristus Raja Surabaya

Uskup Marseille, Perancis ini lahir pada tahun 1782. Ia menyemangati kembali umatnya yang bingung, lumpuh semangat imannya dan tak terpelihara. Ia mendirikan lembaga-lembaga amal dan 20 paroki baru. Eugenius menjadi anggota Dewan Nasional dan gigih membela Gereja. Sebagai pendiri dan pembesar pertama Kongregasi Oblat, Eugenius memulai karya misi di Kanada Srilanka dan Afrika Selatan. Karya misi ini berkembang pesat di kemudian hari. Ia meninggal dunia pada 1861. Pestanya diperingati tanggal 21 Mei.
*diambil dari Percikan Kasih Gereja Kristus Raja Surabaya*


Eufrosina bertapa di Polotsk Polandia. Perhatiannya kepada kaum papa sangat besar. Untuk mendapatkan dana bagi orang-orang miskin, ia berusaha menyalin buku-buku. Hasil penjualan buku-buku ini ia gunakan untuk membantu para miskin malang itu. Ia meninggal dunia ketika sedang berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Pestanya diperingati setiap tanggal 23 Mei.

*diambil dari Percikan Kasih, Gereja Kristus Raja Surabaya*

Flavianus dikenal sebagai Patriark Konstantinopel (sekarang Istambul) pada tahun 447. Ia memimpin gereja selama dua tahun yang sarat dengan banyak masalah. Suatu ketika Chrysapius seorang pegawai kepercayaan Kaisar Teodosius mengajukan permohonan kepada kaisar sejumlah perhiasan dan intan berlian dari harta kekayaan gerja. Flavianus terkejut mendengar permintaan yang aneh itu dan dengan tegas menolak memenuhinya. Sebagai gantinya ia mengirimkan satu bingkisan roti yang telah diberkati untuk menunjukkan kepada kaisar kedalaman cinta kasihnya pada Yesus. Penolakan Flavianus ini menimbulkan pertentangan antara Flavianus dengan Chrysapius dan kaisar sendiri.

Sementara perkara ini belum tuntas, Flavianus dihadapkan lagi pada bidaah yang diajarkan Eutyches seorang pertapa. Eutyches menyangkal adanya kodrat Yesus yang ilahi sekaligus manusiawi. Flavianus bereaksi keras terhadap ajaran bidaah ini. Ia segeraa mengadakan satu sinode di Konstantinopel pada tahun 448 untuk mengeksomunikasikan Eutyches. Sri Paus Leo I mendukung Flavianus dengan mengirimkan sepucuk surat dogmatik yang berisi penjelasan tentang kodrat Yesus yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia seperti diwariskan para rasul.

Pada tahun yang sama pula, Dioscorus, Patriarck Aleksandria memimpin sebuah sinode tandingan di Efesus untuk membela Eutyches dan menghukum Flavianus. Karena Flavianus dengan keras menentang sinode gelap itu ia diserang dan disiksa dengan kejam lalu dibuang ke Lydia hingga kematiannya. Jenazahnya dimakamkan di Konstantinopel oleh kaisar pengganti Teodosius. Sedangkan Chrysapius dihukum mati oleh kaisar baru itu karena sering menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindas gereja. Pesta Santo Flavianus kita peringati setiap tanggal 18 Februari.


*diambil dari Percikan Kasih, Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya*


Anthonius lahir di Memphis Mesir Utara pada tahun 151. Ia berasal dari keluarga Kristen saleh. Sayang orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil, sehingga ia diasuh oleh saudara perempuannya. Pada usia 20 tahun ketika ia membaca Kitab Suci terkesan dengan teks, “Jika engkau ingin menjadi sempurna, pergilah, jualah segala milikmu dan berikan kepada fakir miskin lalu ikutlah Aku”. (Mat 19 :21). Ia tidak sangsi lagi, ia meninggalkan sekolah dan rumahnya lalu pergi ke padang gurun. Semua miliknya didermakan kepada fakir miskin. Kemudian ia bertaoa di gurun Thebias mengikuti bimbingan seorang tua.

Di gurun itu, sepanjang hari ia bekerja keras, berdoa dan bermatiraga serta membaca Kitab Suci. Ia bekerja keras bagi orang miskin dan bagi orang yang tersesat. Sehari-harinya ia hanya makan roti dengan garam sedikit dan minum air biasa. Ia baru makan sesudah matahari terbenam, kadang-kadang hanya satu kali dalam 3-4 hari. Walaupun demikian ia tak lepas dari godaan-godaan yang sangat menakutkan. Suatu hari ia tak dapat menahan lagi dan jatuh ke tanah. Ketika sadar ia sudah ditunggui temannya, ia mengeluh kepada Tuhan. “Di manakah Engkau ya Tuhan”. Maka Tuhan menjawab “Anthonius, Aku ada di sini sepanjang waktu, berdiri di sampingmu dan mengawasi perjuanganmu. Karena engkau bertahan dengan gagah berani melawan musuh, Aku membelamu. Dan Aku akan membuat namamu termahsyur di seluruh dunia.”

Selama bertapa, ia berpindah-pindah tempat ke dalam gua-gua dan gubuk-gubuk. Tahun 311 ia pergi ke Alexandria, meneguhkan orang-orang Kristen yang hidup dalam penganiayaan kaisar Roma yang bengis Maximianus. Kemudian ia kembali ke Kolzim gurun yang sunyi. Di situ banyak orang yang datang mohon nasehat banyak muridnya berhasil meneladan dia. Para muridnya kagum ketika ia berhasil melawan bidaah Arianisme. Pada tahun 377 raja Konstansius menilis surat kepadanya mohon restunya. Maka ia menjawab; “Jangan heran bahwa raja menulis surat kepada orang seperti kita, lebih heranlah bahwa Tuhan Allah menulis surat kepada kita. Dan bahwa ia berbicara kepada kita lewat putera-Nya.” Ia disebut Bapa Para Rahib karena dialah yang pertama menyusun Anggaran Dasar bagi para rahib. Ia wafat tahun 356, pada usia 105 tahun. Pestanya dirayakan setiap tanggal 17 Februari.


*Diambil dari Percikan Kasih, Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya*

Brigida lahir di Umeras, Kildare Irlandia pada tahun 453. ayahnya Dubthach adalah seorang apngeran yang masih kafir. Sedangkan ibunya Borcessa adalah seorang budak Berlian yang sudah menganut agama Kristen. Brigida dibesarkan dan dididik menjadi orang Kristen. Setelah dewasa ia bercita-cita menjadi biarawati. Namun keinginannya ini mendaat banyak rintangan. Pertama-tama karena pada waktu itu belum ada biara khusus wanita. Lagipula wanita budak Berlian dan anak-anaknya tidak mempunyai hak apapun bahkan seringkali mereka tidak diperkenankan mengikuti ibadah.

Meskipun demikian keinginannya tidak terpatahkan oleh rintangan-rintangan tersebut. Ia berusaha mendirikan sebuah biara khusus untuk para wanita di Kildare, ia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya status sebagai wanita bebas (bukan lagi budak). Ternyata ia bersemangat tinggi dan rajin dalam karyanya, kuat ingatannya, ramah dan terampil. Ia dapat bergaul dengan siapa saja dan siap menolong orang-orang yang datang kepadanya, bahkan menerima mereka di dalam biaranya. Dengan demikian ia tidak lagi hidup sendirian di dalam biara. Ia memusatkan perhatiannya pada para penderita kusta dan budak berlian.

Di samping itu ia juga memulai usaha di bidang pendidikan. Conleth seorang imam dipercayakan memimpin sekolahnya di Kildare. Sekolah ini semenjak awal menjadi terkenal sebagai sebuah keterampilan. Di kemudian hari setelah Brigida wafat pada tahun 523 sekolah ini dibagi menjadi dua yang satu untuk pria dan yang lain untuk wanita. Hal ini menampakkan suatu keistimewaan pada saat itu.

Penghormatan kepada Santa Brigida masih berlangsung hingga sekarang. Di Irlandia Santa Brigida dikenal sebagai salah satu orang kudus terkenal selain Santo Patrik dan Columba. Ia dihormati sebagai pelindung negara Irlandia dan tokoh teladan bagi para petani, artis dan pelajar. Pesta Santa Brigida kita peringati setiap tanggal 1 Februari.
*diambil dari Percikan Kasih Gereja Kristus Raja Surabaya*

Basilius lahir di Kaisarea, Asia kecil pada tahun 329, dari keluarga bangsawan kudus. Semua saudaranya ada sepuluh, empat diantaranya dinyatakan sebagai santo. Ketika masih kecil Basilius dididik oleh orang tuanya dan neneknya yang bernama St.Makrina Tua. Kemudian ia disekolahkan ke Konstantinopel, lalu melanjutkan ke Athene. Di situ ia bertemu dangan kawan yang bernama Gregorious Nasianse. Mereka belajar bersama-sama.

Di kemudian hari mereka juga menjadi orang kudus bersama-sama. Setelah selesai belajar di Athena, pada tahun 355 ia pulang ke Kaisarea. Di kotanya itu ia membuka sekolah pidato. Pada tahun 357 ia mengadakan perjalanan melalui Siria, Mesopotamia dan Mesir. Di Mesir ia berjumpa dengan para pertapa di gurun pasir. Mereka itu ialah para biarawan yang bertapa jauh dari dunia ramal yang lazim pada masa itu. Basilius amat terkesan dengan cara hidup mereka yang sangat khusyuk bermeditasi dan tenteram walaupun mereka menjalani hidup lahiriah yang berat. Untuk beberapa lama Basilius tinggal bersama mereka. Ketika sudah pulang ia mulai membuka cara hidup baru yang diperoleh dari gurun pasir. Ia seperti menemukan “mutiara” yang mahal. Ia menjual harta bendanya dan mendermakan kepada para miskin, lalu masuk biara. Ia mempersembahkan hidup, pengetahuan serta kefasihan lidahnya kepada Tuhan. Kemudian ia mendirikan bebrapa biara dan mulai mengumpulkan para anggotanya, kemudian membuat peraturan-peraturan yang sesua. Walaupun kesehatannya jelek tetapi ia giat melakukan ulah-tapa dan matiraga.

Pada tahun 365 ia menerima tahbisan imam di Kaisarea, tetapi ada perselisihan dengan uskupnya di Eusebius, sehingga ia terpaksa kembali kepertapaannya di Pontus. Dua tahun kemudian ia dibujuk oleh kawan lamanya, Gregorius untuk kembali ke Kaisarea untuk menanggulangi para bidaah Arianisme. Di situ ia menggantikan uskup Eusebius. Ia dibujuk oleh kaisar Valens untuk bergabung dengan golongan Arian namun dengan tegas menolaknya., sehingga mendapat kesukaran dan sikasaan dari mereka. Tetapi Tuhan melindunginya sehingga kaisar akhirnya menyerah kepadanya. Ia berhasil membela umatnya terhadap kekejaman pemerintahan Roma. Akhirnya ia wafat dengan tenteram pada tanggal 1 Januari 379. Ia meninggalkan warisan berupa karya tulisannya yang amat bermutu.
*diambil dari Percikan Kasih, Gereja Kristus Raja Surabaya*

Tentang blog ini

Blog berisi cerita hidup Santo-Santa kita.

Cerita hidup yang patut diteladani.

Cerita ini belum lengkap, karena itu mari kita saling melengkapi dan berbagi.

Tuhan berkati.